Selasa, 11 Agustus 2009

Arti istilah Sakramen

Kata sakramen dalam bahasa Indonesia berasal dari kata latin, sacramentum. Kata latin sacramentum berakar pada kata sacr, sacer yang berarti: kudus, suci, lingkungan orang kudus atau bidang yang suci. Kata latin sacrare berarti menyucikan, menguduskan, atau mengkhususkan sesuatu atau seseoarang bagi bidang yang suci atau kudus. Kata menunjuk tindakan penyucian atau hal yang menguduskan. Ada pun dalam masyarakat Romawi kuno, sacramentum digunakan menurut dua pengertian yang sangat konkret dan religius. Pertama, kata sacramentum menunjuk sumpah prajurit untuk menyatakan kesediaan diri seseorang untuk mengabdikan diri atau menguduskan diri bagi dewata atau negara. Kedua, kata sacramentum menunjuk pada uang jaminan atau denda yang ditaruh dalam suatu kuil dewa oleh pihak-pihak yang berperkara dalam pengadilan. Keputusan hakim dipandang sebagai keputusan dewa sendiri.

Istilah latin sacramentum ini digunakan oleh orang kristen pada abad II untuk menerjemahkan kata Yunani mysterion yang terdapat dalam Kitab Suci. Dalam Kitab Suci, kata mysterion ini berakar pada kata my, yang berarti menutup mulut atau mata sebagai reaksi atas pengalaman yang mengatasi nalar, suatu pengalaman yang tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Dengan demikian, makna dasar mysterion berhubungan dengan pengalaman akan Yang Ilahi, yakni suatu pengalaman batin yang tak terlukiskan dengan kata-kata karena berjumpa dengan Yang Ilahi.


a. Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama
Dalam KSPL, dari tulisan helenis (Tob, Kebj, Ydt, Sir, 2Mak, Dan), kata mysterion lebih banyak digunakan dalam pengertian profan daripada kultis. Dalam kitab Kebijaksanaan dan Daniel, kata mysterion digunakan dalam pengertian teologis yang kaya. Pada Kebj 2:22 dikatakan: “mereka tidak tahu akan rahasia-rahasia Allah. Kitab Kebij umumnya memahami mysterion sebagai Allah sendiri yang mewahyukan diri kepada orang yang mempunyai kebijaksanaan (kebj 6:22). Pada kitab apokaliptik Daniel, kata mysterion mempunyai motif eskatologis. Kata mysterion menujuk Allah sendiri yang akan menyingkapkan rahasia pada zaman yang akan datang (Dan 2:28-30.47). Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam KSPL, kata mysterion menunjuk pada dinamik Allah yang menyingkapkan diri-Nya atau rencana penyelamatan-Nya dalam sejarah manusia.

b. Dalam Kitab Suci Perjanjian Baru
Dalam KSPB, di satu pihak melanjutkan gagasan dasar mysterion ini. Di lain pihak, PB memandang bahwa rencana penyelamatan Allah yang dinyatakan dalam sejarah itu kini telah terlaksana secara penuh dalam diri Yesus Kristus. Dengan demikian, pengertian mysterion, yang kita terjemahkan dengan kata sacramentum itu berarti rencana keselamatan Allah yang diwujudkan dan terlaksana dalam sejarah dan me-muncak dalam diri Yesus Kristus (Ef 1:9-10; 3:9; Kol 1:26; Rm16:25-26). Bagi Paulus, mysterion itu adalah Yesus Kristus sendiri. Dalam Kol 2:2, “.....sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Allah (mysterion), yaitu Kristus.” Menurut pengertian ini, Kristuslah yang disebut mysterion itu. Maka pengertian mysterion-sacramentum dalam PB pertama-tama bersifat Kris-tologis atau menunjuk pada Kristus. Jadi, dalam Kitab Suci arti sakramen yang digunakan untuk menerjemahkan kata mysterion bukan menunjuk pengertian tujuh sakramen sebagaimana biasa kita pahami selama ini. Istilah sakramen atau mysterion lebih menunjuk pada dua ciri pokok: Pertama, mysterion menunjuk pada tegangan dinamis antara Yang Ilahi dan yang manusiawi, yang tak kelihatan dan yang kelihatan, rencana penyelamatan Allah yang tidak kelihatan (ilahi) dan penyingkapan atau pelaksanaanya dalam sejarah yang kelihatan (manusiawi). Kedua, Mysterion menunjuk pada sejarah penyelamatan Allah yang terlaksana dan memuncak dalam diri Yesus Kristus.

Jumat, 02 Januari 2009

Allah itu kasih

Rasul Yohanes dalam suratnya mengataan, "Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah tetapi Allah yang telah lebih dahulu mengasihi kita dan mengutus anakNya sebagai pendamaian bagi dosa kita."

Pernyataan ini merupakan sebuah kesejatian dan inilah realitasnya! Allah mengasihi kita semua karena Ia adalah Kasih. Bukan kita yang telah mengasihi Allah tetapi Allah yang lebih dahulu mengasihi dan mencintai diri kita.

Kasih itu berasal dari Allah dan kasih itu adalah Allah sendiri. Akan tetapi banyak orang yang tidak mengalami kasih Allah, mereka menganggap Allah begitu jauh. Tetapi kerap kali kita tidak membiarkan diri kita dikasihi oleh Allah sehingga kita menganggapnya jauh

Jumat, 12 September 2008

Alkitab

Apa itu Alkitab?
Kita seringkali membawa, membuka dan bahkan ada juga yang seringkali membaca buku yang terkenal ini. Mungkin baik kalau kita mencoba untuk mencari tahu apa sih sebenarnya Alkitab itu? Ada pepatah yang mengatakan kalau tidak kenal maka tidak sayang, maka baik sekali kalau kita apalagi sebagai pengikut Kristus mengenal buku ini dengan baik. Kita menyebutnya Alkitab, tetapi ada juga yang menyebutnya Kitab Suci. Di belahan bumi lain di sebut Bible, Biblia, Bibbia dan masih banyak kata lain yang menunjuk kepada buku yang kita maksud. “Alkitab” itu sebenarnya merupakan kosa kata yang berasal dari bahasa Arab, jadi kata Alkitab itu kampung halamannya ada di Arab sana, yang berarti buku. Sedangkan dalam bahasa Yunani disebut ta biblia artinya juga buku tapi dalam bentuk jamak: buku-buku.

Jadi berdasarkan arti katanya Alkitab berarti sebuah buku yang terdiri dari kumpulan buku-buku. Coba kita buka ALkitab kita, disana ada banyak tulisan-tulisan yang berasal dari orang yang berbeda, masa yang berbeda malahan rentang waktu penulisannya jauh sekali. Bukan hanya soal penulisan dan waktu saja tetapi juga gaya bahasa, corak sastra, persoalan dan masih banyak lainnya yang berbeda. Jelas itu merupakan buku-buku yang sebelumnya terpisah. Maka Alkitab itu mirip dengan perpustakaan yang ada di sekolah atau di kampus kita, hanya bedanya perpustakaan ini bentuknya mini. Hanya ada 73 ‘buku’ di dalamnya, dengan ketebalan yang berbeda-beda, ada yang tebal tetapi juga ada yang tipis bahkan buku yang ditulis oleh Yudas hanya terdiri dari 2 halaman saja. Perpustakaan itu mini tetapi apa kita sudah sering masuk ke dalamnya dan membaca buku yang ada di sana? Kalau kita sering kali bolak-balik ke perpustakaan di sekolah atau kampus kita, sangat baik sekali kalau kita juga mengunjungi perpustakaan ini.

Itu pengertian Alkitab berdasarkan arti katanya, kalau kita melihat isi dan maknanya maka Alkitab kita memiliki beberapa pengertian .

1. Alkitab sebagai SABDA ALLAH dalam bahasa manusia.
Kita tahu yang disebut Sabda Allah pertama-tama adalah Yesus Kristus, sang Putra Allah. Coba kita perhatikan apa yang dikatakan oleh Yohanes penginjil tentang Yesus: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah……. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Ini yang ditulis oleh Yohanes dalam bab 1:1-14, tetapi tidak dikutip semuanya disini karena terlalu panjang, coba deh kita buka sendiri teks itu. Jadi Firman Allah atau Sabda Allah yang pada mulanya ada bersama-sama dengan Allah kita kenali dalam diri Yesus Kristus, Putra Allah.

Dalam dokumen Dei Verbum (#13), sebuah dokumen Konsili Vatikan II mengenai Konstitusi Dogmatik tentang Wahyu Ilahi yang juga dikutip dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK), dalam artikel 101 tertulis demikian: “Sabda Allah yang diungkapkan dengan bahasa manusia, telah menyerupai pembicaraan manusiawi, seperti dahulu Sabda Bapa yang kekal, dengan mengenakan daging kelemahan manusiawi, telah menjadi serupa dengan manusia”. Allah kita Allah yang luarbiasa! Ia ingin dekat dengan kita supaya kita bisa mengambil bagian dalam hidup dan kodrat IlahiNya bersama Yesus Kristus, PutraNya dan juga dalam tulisan-tulisan Alkitab. Dalam diri Yesus Kristus kita mengenali Allah yang mengenakan daging dan di dalam Alkitab kita mengenali Allah yang telah mewahyukan diri dalam kata-kata yang bisa kita kenali dan mengerti.

Kalau kita membaca sebuah buku atau tulisna, tema sebuah tulisan penting supaya kita bisa mengerti tulisan itu dengan baik, kalau kita lihat KGK artikel 101-104 memiliki tema: Kristus – satu-satunya Sabda Kitab Suci. Lalu dalam artikel 102 ditulis : Melalui kata-kata Kitab Suci, Allah hanya mengatakan satu kata: SabdaNya yang tunggal dan di dalam Dia Ia mengungkapkan diri seutuhnya: “Sabda Allah yang satu dan sama berada dalam semua Kitab: Sabda Allah yang satu dan sama bergaung dalam mulut semua penulis Kitab yang suci. Dan karena sejak awal Ia adalah Allah pada Allah, Ia tidak membutuhkan suku-suku kata, karena Ia tidak bergantung pada waktu” (St. Agustinus, Psal 103,4,1). Maka jelas bahwa Kitab Suci kita adalah Sabda Allah: pada awalnya Yesus semula ada bersama dengan Allah mewahyukan diri dengan mengenakan daging jasmani supaya bisa dikenali, kemudian Allah yang sama mewahyukan diriNya dalam tulisan-tulisan Kitab Suci supaya bisa berkomunikasi dengan kita semua.

Maka dari itu kita diminta untuk menghormati Kitab Suci dan juga mengenali Allah yang ada di dalamnya. Gereja menganjurkan kita semua untuk menghormati Kitab Suci, seperti yang ditulis dalam KGK # 103: Dari sebab itu Gereja selalu menghormati Kitab Suci sama seperti Tubuh Kristus sendiri. Gereja tak putus-putusnya menyajikan kepada umat beriman roti kehidupan yang Gereja terima baik dari meja Sabda Allah maupun dari meja Tubuh Kristus
Sabda Allah telah ditulis dan tertera dalam bahasa yang kita kenali supaya kita bisa menangkap, mengerti, memahami komunikasi Allah. Kalau Allah menggunakan bahasa malaikat atau ‘bahasa planet’ maka komunikasi dengan Allah tidak dapat kita lakukan. Untung saja Allah menyesuaikan diri dengan kemampuan kita yang terbatas ini sehingga kita bisa mengerti pewahyuan diri Allah.
Sesuatu yang kalau kita pikir sangat luar biasa: Itu berarti bahwa Allah berbicara kepada orang beriman dengan perantaraan manusia dan memakai cara berkata manusia. Sabda Allah ditulis dalam bahasa manusia, oleh karena itu kita mendapati ungkapan-ungkapan yang perlu kita perhatikan, karena ungkapan itu ditulis sesuai dengan budaya dan waktu itu. Yang pasti sangat berbeda dengan ungkapan jaman ini. Dibalik ungkapan-ungkapan manusiawi itu tersembunyi Sabda Allah yang perlu untuk kita temukan. jadi bagi kita, Kitab Suci itu bukan hanya sekedar tulisan-tulisan begitu saja tetapi ada kekayaan besar yang terkandung di dalamnya. Untuk menemukan itu perlulah kita mengerti arti rohani dari tulisan itu, bukan hanya arti harafiahnya saja.

2. Alkitab sebagai pewahyuan Allah dan tanggapan manusia
Allah itu transenden mengatasi segala sesuatu yang ada dan Allah tidak mudah untuk dikenali, karena ia tidak sama dengan kita manusia. Jelas bahwa Dia tidak sama dengan kita karena Dia adalah pencipta dan penyebab segala sesuatu. Oleh karena itu supaya kita bisa mengenal Allah maka Allah perlu menunjukkan diriNya dan mengungkapkan realitasnya yang transeden kepada kita. Tanpa penyataan diri Allah maka manusia tidak mampu mengenal Allah, penyataan ini kita sebut pewahyuan Allah. Dalam EV #2 kita baca: Dalam kebaikan dan kebijaksanaanNya Allah berkenan mewahyukan diri-Nya dan memaklumkan rahasia kehendakNya (lih Ef 1:9) kepada manusia. Pewahyuan ini terungkap melalui perkataan dan perbuatan Allah di dalam sejarah keselamatan manusia yang mencapai puncaknya dalam diri Kristus Sang Sabda yang menjadi daging.
Alkitab juga mengungkapkan berbagai macam tanggapan manusia atas pewahyuan Allah dan berbagai macam reaksi atas rencanaNya bagi manusia. Manusia yang menerima wahyu Ilahi ini akan memperoleh hidup yang kekal sedangkan yang menolak pewahyuan ini akan mengalami kebinasaan. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah (Yoh 3:18) .

3. Alkitab sebagai buku iman Gereja
Gereja ada lebih dulu daripada Alkitab. Gereja sekarang ini adalah pewaris, penerus dan pengaku iman yang tidak terputus dari suatu umat yang mengalami pernyataan diri Allah.
Gerejalah yang mengumpulkan kitab-kitab yang beraneka ragam ini menjadi satu karena Gereja melihat di dalamnya terkandung kesaksian yang otentik. Alkitab kita terima dari Gereja. Gerejalah yang menyaksikan bahwa buku ini adalah Kitab Sucinya.
Alkitab adalah buku Gereja, buku iman dan santapan kehidupan Gereja. Gereja menemukan ungkapan imannya di dalam Alkitab. Bagi Gereja, Alkitab adalah buku suci dan ilahi karena di dalamnya terdapat Sabda Allah. Alkitab merupakan ‘hukum dan kaidah tertinggi dari iman Gereja’. Ini berarti perkembangan Gereja bergantung pada penghayatannya akan Sabda Allah (Dei Verbum 26; Ad Gentes 15:21).Bless U

Lectio Divina

Metode Lectio Divina
· Lectio Divina adalah sebuah metode pembacaan Kitab Suci yang dimaksudkan untuk untuk memupuk iman, harapan dan kasih.
· Bukan sekedar mencari pengetahuan belaka, tetapi supaya Sabda Allah yang ditemukan mampu menggugah hati dan menggerakkan kehendak.
· Dilakukan dalam suasana doa

Tujuan Lectio Divina
· Menemukan “ilham Roh Kudus” yang tersembunyi dalam huruf-huruf mati Kitab Suci.
· Mengalami “Firman Allah” yang hidup yang mampu menyentuh hati dan menggerakan kehendak dan akal budi untuk memperbaharui diri.

Tahapan Lectio Divina
1. lectio = membaca,
2. meditatio = merenung/meresap-resapkan sabda,
3. oratio = berdoa dengan teks yang direnungkan,
4. kontemplatio = duduk mendengarkan Allah.
Intensitasnya berbeda sesuai dengan jenjang yang dicapai seseorang.

Metode Lectio Divina
1. Lectio = membaca
· Membaca dan mengerti teks KS yang dibaca, bukan soal yang menyentuh hati tetapi mengerti keseluruhan teks yang dibaca.
· Mencoba menemukan pernyataan-pernyataan pokok: siapakah yang berbicara atau bertindak; apa yang mau dikatakan; kepada siapa; mengapa, kapan, situasi bagaimana? (5 W: Who, What, Why, When, Where)
· Mencoba mengerti teks sesuai dengan kemampuan masing-masing dan hendaknya puas dengan apa yang dapat dimengerti saat itu. Yang masih gelap atau belum jelas akan menjadi jelas kemudian pada saatnya.
· Dapat menggunakan sarana bantu: buku tafsir, kamus alkitab

2. Meditatio = merenung-renungkan/ meresap-resapkan
· Temukan ayat/hal yang menarik bagimu dan yang menyentuh hati
· Mengunyah-ngunyah makanan ini sehingga menjadi makanan yang lembut bagi jiwa dengan cara mengulang-ulangi ayat tersebut dalam hati
· Ayat akan meresap dalam hati dan menggema di dalam hati;
· Firman Allah menjadi hidup di dalam diri kita

3. Oratio = berdoa
· Meditasi membuat hati terdorong untuk berdoa
· Berdoa didasarkan pada ayat yang meresap dan hidup di dalam hati
· Doa yang digerakkan dan diilhami oleh Sabda Allah.
· Doa ini bisa berupa pujian dan syukur, sukacita dan kagum, penyembahan, keluh kesah, permohonan, harapan, penyesalan.

4. Kontemplatio = mendengarkan Allah
· Allah berbicara dengan cara-Nya
· Mendengarkan tidak selalu dengan telinga
· Allah menjawab langsung kebutuhan dan keperluan hidup kita; seringkali Allah berbicara tanpa kata-kata tetapi dempaknya langsung dialami: yang lemah dikuatkan, yang sedih dihibur, yang terluka dipulihkan, yang rindu akan Tuhan dipuaskan dsb.
· Sabda Allah memberikan dampak dalam diri
· “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” (Ibr 4:12)“Selamat merenungkan Sabda Tuhan…..semoga Tuhan memberkati

Kehidupan Manusia mengenal dan mencintai Allah


“Allah dalam diriNya sendiri sempurna dan bahagia tanpa batas. Berdasarkan keputusanNya yang dibuat karena kebaikan semata-mata, Ia telah menciptakan manusia dengan kehenak bebas, supaya manusia itu dapat mengambil bagian dalam kehidupanNya yang bahagia. Karena itu, pada setiap saat dan dimana-mana Ia dekat dengan manusia. Ia memanggil manusia dan menolongnya untuk mencariNya, untuk mengenalNya dan untuk mencintaiNya dengan segala kekuatannya. Ia memanggil semua manusia yang sudah tercerai-berai satu dari yang lain oleh dosa ke dalam kesatuan keluarga-Nya, Gereja. Ia melakukan seluruh usaha itu dengan perantaraan PuteraNya, yang telah Ia utus sebagai penebus dan Juru Selamat, ketika genap waktunya. Dalam Dia dan oleh Dia Allah memanggil manusia supaya menjadi anak-anakNya dalam Roh Kudus, dan dengan demikian mewarisi kehidupannya yang bahagia”. (Katekismus Gereja Katolik #1)
Kalau menurut ajaran Gereja ternyata panggilan kita begitu luhur. Bayangkan saja, Allah menciptakan kita supaya kita mengambil bagian dalam kebahagiaan dan sukacita Allah. Bagaiman rasanya ya? Belum ada diantara kita yang secara penuh mengalami itu, apa yang bisa kita alami di dunia ini hanyalah prarasa surga. Kalau kita bahagia didunia ini, itu cuma prarasa atau bayang-bayang dari kebahagiaan yang kita alami dalam keabadian. Kalau kita mengalami sukacita, itu juga merupakan bayang-bayang sukacita yang akan kita alami di surga. Bagaimana yang sebenarnya? Nanti kita akan alami bersama-sama karena setiap orang diundang untuk mengalami dan ambil bagian dalam diri Allah. Itu menjadi tujuan dari karya penciptaan dan penebusan Allah. Allah sendiri menghendaki untuk berbagi hidup dan kebahagiaan dengan kita semua maka dari itu ketika kita berdosa dan terhilang, hidup di luar diriNya, Ia mengirim PutraNya yang tunggal untuk membawa kita kembali ke dalam diriNya. Kita ini seperti domba yang tersesat dan hilang kemudian Allah mencari-cari kita dan menemukannya.
Allah mencari dan menebus kita supaya kita semua bisa bersahabat dengan Allah, mengenal Dia secara pribadi. Semula kita tidak mungkin mengenalNya karena terhalang oleh dosa, sekarang ketidakmungkinan itu dimungkinkan oleh kematian Kristus. Kita telah disucikan dan dibuat mampu untuk melangkah kepada Allah, mengenalNya, mendekatkan diri padaNya dan hidup di dalam Dia. Kita bisa belajar dari St Paulus yang menganggap pengenalan akan Kristus begitu penting dalam hidupnya, seperti yang ditulisnya dalam surat kepada orang Filipi:
“Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus”. (Filipi 3:8)

Supaya kita bisa mengenal Allah, pertama-tama dosa harus dihapuskan. Itu sudah terjadi dengan kematian Kristus di Salib. Meskipun demikian tidak secara otomatis kita langsung ada bersama dengan Allah, kita harus mengenal Dia, banyak berbicara denganNya juga mendengarkan Dia sehingga lama kelamaan kita kenal Dia. Untung saja Yesus sudah mengutus ROH KUDUS kepada kita untuk menyertai kita sampai akhir jaman. Dialah yang akan menolong kita supaya bisa melangkah kepadaNya dan mengambil bagian dalam hidup ilahiNya. Kalau tidak ada Roh Kudus, kita tidak akan tahu kemana harus melangkah. Untunglah kita punya seorang penolong, Roh Kudus – Roh Allah sendiri. Kita punya kemampuan besar untuk melangkah kepada Allah, marilah kita mengambil bagian dalam hidup Allah untuk mengalami ‘hidup’ karena Ia sumber kehidupan; untuk mengalami sukacita, karena Ia sumber sukacita; untuk mengalami kebahagiaan, karena Ia sumber kebahagiaan. Kalau kita hidupo diluar Allah maka yang ada hanyalah kematian, kegelapan, ketidakbahagiaan, penderitaan dsb. St Petrus dalam suratnya sangat berharap supaya kita terus bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus.
Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya. (II Petrus 3:18)

Dan dengan takut dan gentar, bersama dengan rasul Paulus marilah kita mengerjakan keselamatan kita: “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan



Semoga Tuhan memberkati………

Memimpin sesuai dengan karakter

Kita mengenal teori empat temperamen: Sangguin, Kolerik, Melankolik dan Plekmatik. Masing-masing memiliki kelemahan dan kekurangannya, tidak ada temperamen yang sempurna.
Seringkali ada pandangan yang sangat merugikan mengenai temperamen, yang menganggap temperamen yang satu lebih baik daripada temperamen yang lain atau perpaduan temperamen tertentu lebih baik dari pada yang lainnya. Tidak demikian.
Tuhan menciptakan kita semua dengan “amat baik”, setiap orang diciptakan dengan baik oleh Tuhan, tidak ada yang tidak baik. Tidak peduli siapapun anda, anda memiliki kekuatan-kekuatan tetapi juga memiliki kelemahan-kelemahan. Makin besar watak lemah anda maka makin besar pula watak kuat anda. Itulah sebabnya mengapa orang-orang yang sangat berbakat seringkali memiliki kesulitan-kesulitan emosional. Jika anda seorang pribadi yang memiliki kekuatan-kekuatan besar maka anda juga akan memiliki kelemahan-kelemahan besar pula. Jika anda memiliki kekuatan rata-rata maka kelemahan-kelemahan anda juga rata-rata. Jadi semua watak memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing dan tidak ada satu watakpun yang ideal.
Akan tetapi jarang ada orang yang mengatakan “saya senang dengan temperamen yang saya miliki”, karena mudah bagi kita untuk mengenal segala kelemahan-kelemahan diri dan membesar-besarkannya tetapi kerap kali tidak menghargai kekuatan-kekuatan kita.
Apalagi jika kebiasaan buruk yang dimiliki seseorang maka ia merasa seakan-akan ia memiliki temperamen yang sangat tidak diinginkan jika dibandingkan dengan temperamen lainnya.
Tuhan dapat memakai siapa saja untuk dipakai menjadi alatnya, menjadi pemimpin bagi bangsanya. Asalkan orang itu mau dipakai dan diubah oleh Tuhan dengan Roh Kudus. Sanguinis, Kolerik, Melankolik atapun Plekmatik dapat dipakai oleh Tuhan.
Kita akan lihat 4 orang tokoh terkenal dalam KS dengan karakter-karakter yang berbeda telah dipakai Tuhan untuk menjadi pemimpin bagi umatNya.

1. SANGGUIN

Kekuatan :
Hangat, ramah, terbuka dan dapat menarik banyak orang, pembicara yang baik, seorang optimis yang selalu tampak bahagia, pusat perhatian, dermawan dan penuh belaskasihan, penuh tanggap terhadap lingkungan dan perasaan orang lain.
Kelemahan :
Lemah kemauan, bersifat tidak mantap, meletup-letup perasaannya, tidak tenang, mementingkan diri sendiri, dibalik keadaannya yang gagahberani ia seringkami memendam rasa tak pasti dan takut.

Tokoh Alkitab yang sangat jelas menunjukkan temperamen Sangguin adalah Petrus

Kelemahan karakter Petrus:
o Spontan: Segera meninggalkan jalanya (Mat 4:20), Petrus meminta untuk dapat berjalan di atas air (Mat 14:28,29), Diatas gunung (Mat 17:1-13), menghunus pedang di taman Getsmani (Yoh 18:10), Petrus berlari cepat ke makam ketika wanita mengatakan Yesus bangkit dan ia merasa sangat sedih (Mat 28:6) Berenang ke tepi danau saat Yesus menampakkan diri pada mereka (Yoh21:1-11). Seorang sangguin adalah seorang aktifis, bukan seorang pemikir. Ia merasa harus melakukan sesuatu jika muncul tekanan.
o Tidak malu-malu: Petrus menyembah Yesus di depan umum ketika mendapat 153 ekor ikan (Luk 5:1-11)
o Terus terang: Pendapat Petrus tentang Yesus (Mat 16:13-20), “kepada siapa kami akan pergi” (Yoh 6:66-69).
o Egoistik(suka memuji diri sendiri)/cenderung besar kepala: menarik Yesus kesamping dan menegurnya (Mat 16:22-24)
o Memikirkan diri sendiri: Sangguin memiliki sifat dasar murah hati tetapi ia memiliki kecenderungan untuk menjadi yang terkemuka
o Sombong: “sekalipun aku harus mati bersama-sama dengan Engkau, aku takkan menyangkal Engkau” (Mat 26:31-35)
o Berkemauan lemah: mudah dipengaruhi oleh lingkungannya : penyangkalan Simon( Mat 26:69-74)
o Tidak mantap: bias segera panas dan bias segera dingin, tidak stabil.

Perubahan Petrus

o Simon (lama), Petrus (baru)

o Berkotbah pada HR Pentakosta (Kis 1:15): Diubah oleh kuasa RK dan tidak ada penyanjungan diri.
o Kemantapan Petrus: Kotbah pada HR Pentakosta, “emas dan perak tidak ada padaku” (Kis 3:6), kotbah di bait Allah (Kej 4:4)
o Keberanian Petrus: Pembelaan di depan mahkamah agama (Kis 4:8)
o Kebijaksanaan Petrus: “silahkan kamu putuskan sendiri: taat pada Allah atau pada kamu” (Kis 4:19), memberitakan FA dengan berani (Kis 4:1), kisah Ananias dan Safira (Kis 5).
o Sukacita Petrus: bersukacita atas penganiayaan (kis 5:41)
o Kerendahan hati: membangkitkan Dorkas (Kis 9:36-42).
o Kesukaan berdoa: karya RK
o Kasih: menemui Kornelius seorang Roma (Kis 10:21)
o Keramahan: menjelaskan dengan tenang pada gol bersunat yang berselisih dengannya (Kis 11:2)
o Kesetiaan : Petrus setia dan tidak takut saat di penjara sendirian (Kis 12:6)
o Kesabaran: dibebaskan dari penjara lalu mengetuk pintu (Kis 12:15-17)
o Kepemimpinan: kepemimpinan yang dijiwai oleh RK (Kis 15), Paulus memuji kepemimpinan Petrus (Gal 2:8)
o Kedewasaan: tanggapan yang terlihat ketika berselisih dengan Paulus (Gal 2:11)

2. KOLERIK
Kekuatan :
Penuh aktifitas lagi praktis, berkemauan keras, berpenampilan sebagai pemimpin, optimis, penuh dengan ide-ide, tangguh, extrovert
Kelemahan :
Puas diri, keras kepala, mudah naik darah, kasar dan kejam, tajam lidah, sengit, kurang teliti
Gambaran yang paling tepat dari temperamen ini dalam KS adalah Paulus

Sifat dasar Paulus
o Kejam/keras: marah ketika mendengar kotbah Stefanus, meminta surat untuk menganiaya jemaat Tuhan (Kis 9:1-2). Perkataannya kasar, terus terang dan sarkastis. Kecenderungan menjadi dictator yang kejam.Paulus seorang pemimpin besar karena sifatnya yang kolerik.
o Berkemauan keras: “berlarilah untuk memperoleh mahkota yang abadi” (I Kor 9:24-27): gigih, keras kepala: terlalu percaya pada diri sendiri dan tidak mau mnendengar orang lain
o Permusuhan/kemarahan: Paulus dengan Barnabas (Kis 15:37-40), reaksi keras Paulus di depan mahkamah agama (Kis 23:1-3)
o Puas diri/angkuh/merasa mampu mencukupi diri sendiri: puas diri sebagai ahli pembuat tenda (Kis 20:34), di Aropagus berdebat sndiri dengan orang-orang Atena (Kis 17:)
o Dinamis:kecakapan memimpin: Paulus di tobatkan oleh Barnabas (Kis 11:25,26) tetapi segera Paulus lebih menonjol (Kis 13:13), usul Paulus di kapal yang mau karam (Kis 27:21-25)
o Praktis: terlihat dari tulisan-tulisannya
o Pemberani: menegur Petrus (Gal 2:11-14), protes pada mahkamah agama karena ia warga Roma
o Kontroversii: dibenci dan dicintai

Motivasi Paulus
o Optimis: RK mengirimnya sehingga ia tidak takut menderita (II Kor 11), tidak kapok meski hampir mati (Kis 14:19-21)
o Rahasia optimismenya berasal dari RK untuk selal mengarahkan pandangan ke depan (Fil 3:13-14) dan memiliki sasaran dan tujuan yang jelas

Perubahan Paulus
o Kasih: supaya mereka diselamatkan (Kis 10:1), aku sangat berdukacita dan selalu bersedih hati (9:1-3), semua orang bersukacita (Fil 4:4), jangan membalas kejahatan dngan kejahatan (I Tes 5:15-19)
o Damai Sejahtera: damai sejahtera sangat tidak disenangi kolerik tetapi Paulus merindukannya (Fil 4:6,7)
o Kemurahan: Paulus menunjukkan kemurahan itu (Fil), juga kepada Markus setelah sebelumnya ditolak(II Tim 4:11), menghargai wanita/Lidia dan berkotbah di eropa I untuknya (Kis 16:)
o Kelemahlembutan:
o Kesetiaan/Iman : ia tidak lagi percaya pada diri sndiri tetapi menyandarkan diri pada Allah, seperti tampak ketika ia di kapal yang mau karam (Kis 27:25).
o Kerendahan hati: menolak penghargaan sebagai zeus dan apolos (Kis 14 :), mengakui kelemahannya sebagai duri dalam daging (II Kor 12:7), segala kebaikan dilakukan oleh Allah (Rom 8:28), patuh dan mutlak pada Allah (Rm 6:13)

3. MELANKOLIK
Musa memiliki sifat dasar Melankolik

Sifat dasar Musa
o Sangat berbakat: seorang terdidik (Kis 7:22) menulis kitab Taurat, bertindak sebagai hakim, nabi dan perantara Allah
o Rela berkorban: meninggalkan status putra dari putri Firaun, menurut tradisi ia seorang PM
o Merendahkan diri sendiri/rendah diri: merasa tidak punya bakat ketika dipanggil Tuhan (Kel 3:10-11), merasa tidak mampu apa-apa, apa yang harus kukatakan? (Kel 3:13), tak seorangpun akan mempercayai aku (Kel 4:1), aku tidak bisa berbicara di depan orang (Kel 4:10), bimbang dan ragu sehingga tidak mau berangkat (Kel 4:13)
o Sulit menguassai emosi: kemarahan yang dipendam menjadi meledak: manna yang menjadi ulat (Kel 16:20), anak lembu emas (Kel 32:19), mata air di bukit karang (Bil 20:9-12) membuat musa tidak bisa masuk tanah terjanji
o Depresi Musa: ketika Isral minta daging ia minta dibunuh saja (Bil 11:10-15)
o Perfeksionisme Musa: membuat peraturan-peaturan dan hukum sedetail mungkn, bekerja dengan sungguh-sungguh dan tidak mau berbagi kerja (Kel 18:17-18)
o Setia: Musa setia pada tugas dan tanggung jawabnya (Kel 16,17)

Perubahan Musa
Musa membiarkan Roh Kudus berkarya dalam dirinya, maka ia mengikuti panggilan Allah. Ia membiarkan dirinya dibentuk oleh Allah dari hari ke hari. Meskipun seorang perfeksionis ia mau mencoba melakukan apa yang diperintahkan Tuhan walaupun ia harus mengalami jatuh beberapa kali.

4. PLEKMATIK
Abraham sangat jelas menunjukkan temperamen Plekmatik. Persoalan Plekmatik adalah persoalan ketidakpercayaan, baik itu pada Allah, pada kekuatannya sendiri maupun pada orang lain.

Ciri dasarnya:
o Berhati-hati/ketidaktegasan/ragu-ragu: tidak segera ke tanah kanaan tetapi ke Haran terlebih dahulu (Kej 11), Allah memberikan 6 janji kepada Abraham untuk meyakinkannya (Kej 12:1-3), Allah berjanji lagi pada Abraham (Kej 12:7)
o Suka damai: berdamai dengan Lot (Kej 13:8,9)
o Dapat diandalkan karena ketenangannya: ia dapat membebaskan Lot dari tawanan musuh yang besar (Kej 14:14-16) tetapi tidak sombong dengan kemenangannya. Ia cenderung konsernatif.
o Pasif: Sarai mengusulkan Abram untuk mengambil Hagar hambanya (Kej 14), ini berakibat fatal.
o Penakut: menyuruh Sarai untuk menganggap kakak (Kej 20), ia tidak percaya pada Allah

Perubahan Abram:
Abraham mengalami pergaulan dan kedekatan dengan Allah seingga ia memiliki iman untuk percaya kepada Allah. Kuasa Roh Kudus telah memampukan Abraham untuk mengurbankan Ishak anaknya.Setelah memiliki iman kepada Allah, Abraham menjadi orang yang luar biasa.