Jumat, 12 September 2008

Kehidupan Manusia mengenal dan mencintai Allah


“Allah dalam diriNya sendiri sempurna dan bahagia tanpa batas. Berdasarkan keputusanNya yang dibuat karena kebaikan semata-mata, Ia telah menciptakan manusia dengan kehenak bebas, supaya manusia itu dapat mengambil bagian dalam kehidupanNya yang bahagia. Karena itu, pada setiap saat dan dimana-mana Ia dekat dengan manusia. Ia memanggil manusia dan menolongnya untuk mencariNya, untuk mengenalNya dan untuk mencintaiNya dengan segala kekuatannya. Ia memanggil semua manusia yang sudah tercerai-berai satu dari yang lain oleh dosa ke dalam kesatuan keluarga-Nya, Gereja. Ia melakukan seluruh usaha itu dengan perantaraan PuteraNya, yang telah Ia utus sebagai penebus dan Juru Selamat, ketika genap waktunya. Dalam Dia dan oleh Dia Allah memanggil manusia supaya menjadi anak-anakNya dalam Roh Kudus, dan dengan demikian mewarisi kehidupannya yang bahagia”. (Katekismus Gereja Katolik #1)
Kalau menurut ajaran Gereja ternyata panggilan kita begitu luhur. Bayangkan saja, Allah menciptakan kita supaya kita mengambil bagian dalam kebahagiaan dan sukacita Allah. Bagaiman rasanya ya? Belum ada diantara kita yang secara penuh mengalami itu, apa yang bisa kita alami di dunia ini hanyalah prarasa surga. Kalau kita bahagia didunia ini, itu cuma prarasa atau bayang-bayang dari kebahagiaan yang kita alami dalam keabadian. Kalau kita mengalami sukacita, itu juga merupakan bayang-bayang sukacita yang akan kita alami di surga. Bagaimana yang sebenarnya? Nanti kita akan alami bersama-sama karena setiap orang diundang untuk mengalami dan ambil bagian dalam diri Allah. Itu menjadi tujuan dari karya penciptaan dan penebusan Allah. Allah sendiri menghendaki untuk berbagi hidup dan kebahagiaan dengan kita semua maka dari itu ketika kita berdosa dan terhilang, hidup di luar diriNya, Ia mengirim PutraNya yang tunggal untuk membawa kita kembali ke dalam diriNya. Kita ini seperti domba yang tersesat dan hilang kemudian Allah mencari-cari kita dan menemukannya.
Allah mencari dan menebus kita supaya kita semua bisa bersahabat dengan Allah, mengenal Dia secara pribadi. Semula kita tidak mungkin mengenalNya karena terhalang oleh dosa, sekarang ketidakmungkinan itu dimungkinkan oleh kematian Kristus. Kita telah disucikan dan dibuat mampu untuk melangkah kepada Allah, mengenalNya, mendekatkan diri padaNya dan hidup di dalam Dia. Kita bisa belajar dari St Paulus yang menganggap pengenalan akan Kristus begitu penting dalam hidupnya, seperti yang ditulisnya dalam surat kepada orang Filipi:
“Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus”. (Filipi 3:8)

Supaya kita bisa mengenal Allah, pertama-tama dosa harus dihapuskan. Itu sudah terjadi dengan kematian Kristus di Salib. Meskipun demikian tidak secara otomatis kita langsung ada bersama dengan Allah, kita harus mengenal Dia, banyak berbicara denganNya juga mendengarkan Dia sehingga lama kelamaan kita kenal Dia. Untung saja Yesus sudah mengutus ROH KUDUS kepada kita untuk menyertai kita sampai akhir jaman. Dialah yang akan menolong kita supaya bisa melangkah kepadaNya dan mengambil bagian dalam hidup ilahiNya. Kalau tidak ada Roh Kudus, kita tidak akan tahu kemana harus melangkah. Untunglah kita punya seorang penolong, Roh Kudus – Roh Allah sendiri. Kita punya kemampuan besar untuk melangkah kepada Allah, marilah kita mengambil bagian dalam hidup Allah untuk mengalami ‘hidup’ karena Ia sumber kehidupan; untuk mengalami sukacita, karena Ia sumber sukacita; untuk mengalami kebahagiaan, karena Ia sumber kebahagiaan. Kalau kita hidupo diluar Allah maka yang ada hanyalah kematian, kegelapan, ketidakbahagiaan, penderitaan dsb. St Petrus dalam suratnya sangat berharap supaya kita terus bertumbuh dalam pengenalan akan Kristus.
Tetapi bertumbuhlah dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus. Bagi-Nya kemuliaan, sekarang dan sampai selama-lamanya. (II Petrus 3:18)

Dan dengan takut dan gentar, bersama dengan rasul Paulus marilah kita mengerjakan keselamatan kita: “Hai saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan



Semoga Tuhan memberkati………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar